Disusun oleh :
Alfred Maruli S.
Aziz Munizar
Ahmad Firdaus
Deriven S. Teweng
Dio Febrilian T.
Eka Putri Yunita S.
Ferina Shinta
Karen Hapuck
Lidya Mardiana
Nanda Alisha
Timothy Nataniel Magat
Judul : TERPENGARUH
Tokoh | Pemeran |
Lidya | Lidya Mardiana |
Pak Hambit | Deriven S. Teweng |
Bu Hera | Nanda Alisha |
Keke | Karen Hapuck |
Dio | Dio Febrilian |
Ferina | Ferina Shinta |
Pow-pow | Eka Putri |
Aziz | Aziz Munizar |
Bu Guru | Nanda Alisha |
Ketua Polisi | Timothy Nataniel Magat |
Polisi 1 | Alfred Maruli |
Sesi drama | Setting Latar | Setting waktu |
Sesi 1 | Rumah Pak Hambit | Pagi |
Sesi 2 | Sekolah | Pagi |
Sesi 3 | Kantin Sekolah | Siang |
Sesi 4 | Rumah Pak Hambit Rumah Aziz | malam malam |
Sesi 5 | Club malam | Tengah malam |
Sesi 6 | Kantor Polisi | Tengah malam |
Sesi 7 | Sekolah | pagi |
Naskah Drama :
Pada suatu hari hidup sebuah keluarga yang terdiri dari pak Hambit, Bu Hera, dan Lidya. Pak Hambit adalah seseorang pejabat daerah , Bu hera adalah seseorang ibu rumah tangga dan Lidya adalah anak Pak Hambit dan Bu Hera yang pintar dan baik.
Ketika hari pun pagi, berkumpulah mereka untuk sarapan pagi bersama
Pak Hambit : “Nak, kanampi ikau hung sakula ?”
Lidya : “Bahalap ih Pah”
Bu Hera : “Ela ikau macam – macam hung sakula lah bujur – bujur ikau sakula !
Lidya : Iyoh Mah.”
Pak Hambit : “Hining kuan indum te. Ela ikau bapacar kareh ih hindai saat ah.”
Lidya : “Iyoh pah”
Pak Hambit : “Ela sampai menyusah uluh bakas mulah.”
Lidya : “Iyoh, aku tulak helu gin hung sakula.” (sambil menyalami kedua orang tua)
Lidya pun pergi ke sekolah dan bertemu sahabatnya Keke dan Dio.
Lidya : “Halo teman – teman, Selamat pagi semua.”
Keke dan Dio : “Pagi...”
Keke : “Lid, kam sudah ngerjain PR Matematika lah ?”
Lidya : “Udah pank”
Keke :”Minjam donk, kami dua belum menggawi”
Dio :” Iyaa, Lid pinjam pank.”
Lidya : “Oke” ( sambil menyerahkan buku)
Tiba – tiba lewat lelaki Hitam Manis di depan Lidya.
Lidya : “Wah, ganteng banget, siapa tuh ?”
Keke : “Oh tu namanya Aziz murid baru sekolah”
Dio : “Iya, terus dia masih single tuh.”
Datanglah dua orang Ferina dan Powpow yang mendekati Aziz.
Ferina : “Hai.. Cowo..”
Powpow : “Hai...”
Aziz : “Ada apa ?”
Ferina : “Boleh kenalan gak ? Aku Ferina (Sambil bersalaman )
Powpow : “Aku Powpow.” (Bergantian bersalaman )
Aziz : “Aku Aziz.” (Sambil terburu – buru meninggalkan Ferina dan Powpow)
Tiba – tiba cowo itu mendekati Lidya yang sedang belajar.
Aziz : “Hai ! Boleh kenalan ? Aku Aziz. Nama kamu siapa ?”
Lidya : “ Aku Lidya.”
Aziz : “Kita ke kantin yuk, nanti aku yang traktir.”
Lidya : “ Mmh... Oke.” (dengan gugup )
Mereka pun ke kantin dan Aziz pun memulai PDKT disana.
Ternyata Ferina dan Pow-pow pun melihat mereka sedang asyik berbicara dan langsung menghampiri mereka.
Ferina : (memukul meja) “ Apa-apaan ni ?!
Lidya : “Eh maksud loe apa ?”
Pow-pow : “Jangan jadi cewe centil ya ! “ (mendorong lidya)
Lidya : “maksud loe berdua apa ?”
Aziz : “Jangan mukul Lidya ya gue habisin lo!”
Ferina : “Gue gak takut, ayo Pow hajar”
Pow-pow : “Ayoo!!!”
Terjadi perkelahian antara Lidya, Ferina dan Pow-pow. Datang seorang guru menghampiri mereka.
Guru : “Berhenti!! Eh kalian itu cewe masa kelahi!!!”
Lidya : “Dia bu duluan!”
Ferina : “Eh kamu yang kecentilan”
Pow-pow : “Iya bu dia ganjen!”
Lidya : “Tutup mulut loe!”
Guru : “sudah-sudah ayo kita ke ruang kepala sekolah saja untuk meluruskan ini semua.”
Mereka pun pergi ke ruang kepala sekolah dan membicarakan masalahnya. Setelah permasalahan mereda dan mereka pun dipulangkan.
Pada malam hari Aziz pun menghubungi Lidya dan berniat menjadikan Lidya pacarnya.
Lidya : (kriingg kriingg Hp lidya berbunyi) “Halo, kenapa ziz ?”
Aziz : “mmmm..Lidya boleh gak aku ngomong sesuatu (dengan perasan gugup) Lidya ?”
Lidya : “kenapa ziz kayaknya penting amat ?”
Aziz : ”aku malu Lid ngomongnya (sambil tersipu-sipu)”
Lidya : ”Masa malu ?omongin aja ”
Aziz :” kamu mau gak jadi pacar ku ?”
Lidya : “HAAAHH...canda nih hahahahhahah”
Aziz : “serius...”
Lidya pun bingung dan galau apa yang harus Dia jawab sedangkan Dia dilarang orang tuanya berpacaran dan akhirnya Lidya mau menerima Aziz sebagai pacarnya.
Lidya : “aku bingung Ziz mau jawab apa, tapi aku juga mau pacaran sama kamu ? “
Aziz : “ aku minta jawaban kamu Iya atau Tidak”
Lidya : ”Iya, aku juga mau jadi pacar kamu” (tersipu malu)
Aziz : “makasih , I Love you Honey”
Lidya : “Love you too honeybear”
Keesokan paginya Aziz dan Lidya tampak berduaan dan dengan mesra-mesranya berpacaran Lidya pun jarang bertemu lagi dengan sahabatnya tetapi sering bertemu dengan pacarnya dan mwembuat Dio dan keke curiga karena mereka tidak tau Lidya dan Aziz berpacaran.
Keke : “kok Lidya makin sombong ya sama kita? ”
Dio : “iya nih , kenapa ya ?”
Keke : “aku sering liat sih , Lidya dan Aziz sering berduaan mesra banget ”
Dio : ”kayaknya sudah pacaran tuh mereka”
Saat Aziz dan Lidya sedang bermesraan tampak Ferina dan Pow-pow memperhatikan mereka dengan Iri.
Ferina : “ sialan banget tuh Gue secara yang paling cantik disekolah malah Dia yang didapatin Aziz, sesuatu banget yah”
Pow-pow : “ aku juga secara paling cantik nomor 2 disekolah kalah sama Dia sial banget ya kita berdua”
Ferina : “semoga aja mereka cepat putus”
Pow-pow : “bener banget tuh. Setuju !”
Pulang skolah Aziz pun mengajak Lidya pergi ke sebuah Club. Mereka pun berpacaran di sana.
Aziz : “Lid, kamu coba ini” (sambil menawarkan sebotol bir)
Lidya : “Gak ah”
Aziz : “Coba aja dikit dulu nanti rugi loh”
Lidya pun mencoba minum sedikit dan akhirnya ketangihan. Mereka mabuk-mabukan di sana sampai malam hari. Ternyata ada razia dari kepolisian.
Ketua Polisi : “Semuanya jangan bergerak. Tangkap mereka semua.” (sambil menodongkan pistol)
Polisi 1 : “Siap!”
Terlihat Aziz dan Lidya panik dan mereka pun tertangkap. Lalu polisi menghubungi orang tua mereka.
Ketua polisi : “Bisa saya minta nomor telepon orang tuamu, Nona Lidya?”
Lidya : “Aduh! Cari aja sendiri di kontak handphone saya, Pak !” (gaya mabuk dan sempoyongan)
Ketua Polisi : “Halo Pak, selamat malam.”
Pak Hambit : “Iya Selamat malam, ini siapa ya?”
Ketua Polisi : “Ini dari kepolisian. Anak bapak bernama Lidya tertangkap kerana meminum-minuman keras di Club.”
Pak Hambit : ”APA!! Oh iya pak, saya akan segera ke sana.”
Pak Hambit segera ke kantor polisi untuk menjemput Lidya.
Pak Hambit : “Mana anak saya pak?” (sambil menghentak meja piket)
Polisi 1 : “hah? Anak bapak yang mana? Tadi banyak pak yang di angkut kesini !”
Pak Hambit : “anak saya itu yang paling cantik. Terakhir dia mengenakan baju berwarna merah liat kamu?”
Polisi 1 : “wah, bapak ini emosi-an sekali. Santai masbrooo !”
Pak Hambit : “Jadi Anda mempermainkan saya? Saya bisa memerintahkan atasan anda untuk memecat anda searang juga.”
Polisi 1 : “Eh eh eh, jangan dong, pak! Saya ‘kan bercanda saja. Itu pak, mungkin anak bapak ada di ruamng pemeriksaan.” (menunjuk lorong di sebelah kiri)
Pak Hambit langsung menghampiri Lidya dan Aziz.
Pak Hambit : “Lidya!! Buhen ikau kare mihup bir! En ikau handak kilau uluh badung, mangat aku katawa “ (sambil menjewer telinga Lidya)
“ Eweh uluh hatue jituh?”
Lidya : “Kawalku pah.”
Pak Hambit : “Ikau tuh. Buli kanih ikau, ela nukep anak kuh hindai sampai ketun due jadi *tiit*. Dia selamat ikau gawi kuh.”
Aziz langsung kabur.
Lidya : “Pahe nah pah !” (sambil menangis)
Pak Hambit : “Te nah je dia tau mehining kuan uluh bakas. Ela bapacaran kuan uluh, bapacaran ikau. Ikau tuh nah hindai cukup umur.”
Lidya : “Iya pah” (menangis)
Pak Hambit : “Yo itah buli!!”
Lidya dan Pak Hambit pun bulang ke rumah. Keesokan harinya Lidya pergi ke sekolah dengan rasa malu. Ia pun murung di kelas. Dio dan Keke pun menghampirinya.
Keke : “Kenapa Lid?”
Lidya : “Aku kemaren sial banget.”
Dio : “Pasti ketahuan pacaran dan ditangkap polisi kan?”
Lidya : “Kok tahu?”
Keke : “Ya iyalah Lid, semua gossip tentang kamu udah tersebar.”
Lalu lewatlah Ferina dan Powpow di hadapan mereka.
Ferina : “Kasihan banget ya lo..hahaha. Siapa suruh ngambil gebetan orang, kualat kan lo.”
Powpow : “Iya pergi aja lo dari sekolah ini daripada lo bikin citra buruk buat sekolah kita, ya nggak?”
Ferina : “Iya bener banget, pergi lo!”
Keke : “Apa maksud lo?! Mau gue hajar?!”
Dio : “Berani banget lo ngomong gitu ke sohib gue, nantangin lo hah?!! Pergi nggak lo-lo pada, kalo nggak gue gibing nih.”
Ferina : “Ayo kita cabut Pow, ada bau-bau busuk di sini. Gue perlu udara segar.”
Powpow : “Yu mari….”
Ferina dan Powpow pergi meninggalkan ketiganya. Lidya pun menangis.
Lidya : “Keke, Dio, kalian tuh emang sahabatku yang paling baik dan pengertian.” (memeluk keke)
Lidya kembali pada sahabat-sahabatnya seperti dulu. Sedangkan Aziz sudah tidak lagi bersekolah karena malu. Lidya pun memutuskAn untuk tidak berpacaran lagi semasa sekolahnya.
SELESAI